sekedar membagi....
Sebuah prolog yang mengantarkan gue berani menulis apa yang gue rasakan, apa yang gue nyatakan, gue juga sebenernya masih bingung dengan apa yang harus gue tulis disini, bagaimana gue jadi suka ama Padi? Bagaimana Padi bisa menginspirasikan penuh kehidupan gue? Memang beberapa pertanyaan di dunia ini tidak perlu ada jawabannya tapi hanya perlu pemahaman hati untuk memantapkan jawaban itu sendiri, tanpa harus berkata-kata banyak.
Perjalanan ini gue mulai dari saat-saat sekolah dulu, tepatnya waktu ini kelas 2 STM, inikah titik awalnya gue suka ama Padi? Mungkin, berhasilkah Padi mempengaruhi hidup gue? Belum jelas waktu itu, inspirasi emang datang saat gue ada dalam kerumunan masalah, masalah-masalah hidup yang enggan jauh dari gue, mulai dari masalah dengan guru-guru sekolah, antar temen sekolah bahkan keluarga.
Gue suka ama satu cewek yang sampai saat ini pun bisa dibilang Kasih Tak Sampai, bukan karena gue gak mau mengungkapkan, tapi ada semacam ketakutan tersendiri saat gue harus mengucapkan “Teduhkanlah hatiku, lelahkan jiwaku duhai engkau Cahaya Mataku”, gue bukan tipe sinikal yang harus megucapkan kata-kata roman untuk menyatakan cinta, lirik-lirik Padi-lah yang mewakili itu, “Tetaplah menjadi bintang di langit”, “Mahadewi resapkan nilainya”, atau sejenisnya, tapi sayangnya di sebelah kanan gue ada sobat gue yang bergumam “Sobat maafkan aku mencintainya, aku tak bermaksud membuatmu…”, kecewa banget saat tau sobat baik gue hampir berhasil merebut cewe yang gue sayangi, sejak itulah syair-syair Padi terus mengalir dalam darah Hitam gue, dalam keRapuhan hati gue, seakan-akan Menanti Sebuah Jawaban di hati kalau syair inilah yang cocok menjadi Soundtrack kehidupan gue, dan hasilnya sampai saat ini cewe itu belum bias memutuskan gue atau sobat gue itu!
Ngomong-ngomong tentang Padi, konser pertama yang gue datengin langsung adalah Konser di Budi Luhur Oktober 2004, waktu itu gue bela-belain dateng kesana padahal waktu itu gue harus kerja, yak sedikit bolos kan gak papa toh!, ketemu sama SobatPadi yang rupanya bisa memberikan semangat dan adrenaline baru bagi kehidupan gelap gue, seolah-olah saat ada mereka Ketakjuban atas kehidupan yang bersahabat menjadi kenyataan dan selalu gue tunggu dan gue menanti keajaiban itu sampai kapanpun.
Tahun 2005 gue harus cabut dari Jakarta menuju Makassar, awalnya gue bete banget, Makassar jauh dari peradaban, it’s my first impression about Makatte, tapi setelah nyampe kesana, rupanya gak jauh beda ama Jakarta, malah lebih nyaman di sana, salah satu Dharma Wanita Padi pernah akan mengajak gue untuk berlebaran disana barengan mas Fadly tentunya, namun saying disayang sebelum Lebaran gue harus cabut lagi ke Indonesia Timur a.k.a Papua, shock!! Pastinya, tapi inilah hidup, gue harus nerusin kehidupan ini karena keputusan ini bukanlah Akhir Dunia!, gue udah 6 bulan berada di Papua, dan kejutan lainnya, gue dibawain buku Padi lengkap dengan Tanda Tangan semua personil Padi, it’s amazed for me!
Akhirnya gue hanya bisa berharap Padi terus menjadi inspirasi gue dalam menjalankan beratnya hidup ini, menerobos gelap kehidupan melalui lingkarang kehidupan yang ada, dan gue berharap Padi memberikan karya yang jujur, karena kejujuran adalah segalanya di kehidupan ini, semoga semuanya begitu indah dan selalu indah!
djay menulis saat 1/13/2006 03:19:00 PM