Manusia Kerdil Flores Adalah Spesies Baru?
Tulang belulang manusia kerdil dari Flores yang terkenal dengan julukan "Hobbit" bukanlah manusia modern yang pertumbuhannya terganggu karena penyakit. Demikian diungkapkan beberapa peneliti setelah melakukan penyelidikan terhadap tempurung otak makhluk mini itu.
Para peneliti yang menuliskan hasil temuan mereka di journal Science mengatakan, observasi terhadap tengkorak Hobbit mendukung teori yang menyebutkan manusia-manusia kerdil ini adalah spesies yang sebelumnya tidak dikenal ilmu pengetahuan.
Seperti telah diberitakan, tulang belulang berusia 18.000 tahun yang ditemukan di Liang Bua, sebuah gua kapur di Flores, telah diumumkan sebagai sebuah temuan spesies manusia baru dengan nama Homo floresiensis, alias manusia Flores. Namun pemberian label "spesies baru" pada manusia kerdil berkelamin perempuan (disebut LB1) yang otaknya tidak lebih besar dari otak simpanse itu menimbulkan kontroversi.
Beberapa peneliti - termasuk antropolog Indonesia, Profesor Teuku Jacob - berpendapat temuan itu sebenarnya adalah manusia modern seperti kita (Homo sapiens), yang tumbuh kerdil akibat penyakit otak yang disebut microcephaly.
Microcephaly adalah suatu penyakit yang mengakibatkan seseorang memiliki pertumbuhan otak dan kepala kecil, serta biasanya disertai dengan kondisi lemah mental.
Nah, penelitian terbaru yang dilakukan sesungguhnya tidak bertujuan untuk membantah pendapat itu. Namun mau tidak mau, hasilnya seolah menentang teori microcephaly. Study menunjukkan bahwa H. floresiensis memiliki otak yang lebih maju dibanding tengkoraknya yang kecil.
Hal ini mungkin menjelaskan tanda-tanda kecerdasan yang dimiliki Hobbit, termasuk kemampuannya berburu dan membuat alat-alat batu. "Keseluruhan bentuk otak LB1 menunjukkan kemiripan dengan Homo erectus (nenek moyang manusia modern yang lebih tua) dibanding otak hominid lain," kata Dean Falk, seorang antropolog dari Florida State University di Tallahassee.
"Tetapi ia memiliki feature-feature yang lebih maju yang mendekati otak manusia modern. Feature tersebut dijumpai di cuping bagian depan, cuping tengah di sisi-sisi otak, serta di bagian belakang otak," lanjut Falk. "Oleh karenanya, menurut pendapat kami LB1 bukanlah manusia yang menderita microcephalic."
ist
Perbandingan tengkorak Hobbit dengan manusia modernAdapun para ilmuwan bisa menduga bentuk otak Hobbit berdasarkan tulang tengkoraknya. Otak akan menciptakan cerminan pada permukaan di bagian dalam tengkorak. Cerminan ini bisa dipakai untuk membuat model otak sang pemilik kepala.
Pada kasus Hobbit, Profesor Falk dan para peneliti di Mallinckrodt Institute of Radiology menggunakan CT scan (computed tomographic scan) dari tengkorak manusia Flores untuk menciptakan tiruan otaknya secara tiga dimensi.
Hasil CT scan kemudian dibandingkan dengan otak berbagai spesies, termasuk otak simpanse, manusia modern normal, termasuk bangsa pigmi modern, otak penderita microcephaly, serta otak Homo erectus. Pembandingan juga dilakukan terhadap otak hominid purba seperti Australopithecus africanus dan Paranthropus aethiopicus, bahkan dengan otak gorila.
Hasilnya, meski memiliki beberapa feature yang sudah maju, namun otak LB1 yang berukuran 417 cm kubik itu tetaplah primitif. Rasio atau perbandingan antara ukuran otak dengan besar tubuh H. floresiensis lebih mirip australopithecines dibanding yang diperkirakan para ahli bila Homo erectus diperkecil.
"Ini adalah kombinasi purba dan modern yang aneh, tetapi tidak menjurus pada kelainan," kata Michael J. Morwood, peneliti dari University of New England, Australia, salah satu orang yang ikut dalam penggalian. "Artinya, manusia Flores adalah spesies baru."
Benarkah demikian? Sepertinya beberapa peneliti masih meragukan keabsahan klaim itu. Mereka juga sedang meneliti orang-orang kerdil Flores itu untuk mencari tahu siapakah mereka sebenarnya. Jadi kita tunggu saja hasilnya.
(dari kompas)
djay menulis saat 3/05/2005 02:48:00 PM